Monday, 11 March 2013

Perilaku Produksi, Untung, Impas, Rugi, Kardinal, Ordinal

Daftar Isi : PERILAKU PRODUKSI | B. KONDISI SAAT PRODUKSI MENGALAMI UNTUNG, IMPAS DAN RUGI | C. CONTOH KASUS KETIKA PRODUKSI MENGALAMI UNTUNG, IMPAS DAN RUGI | D. PERHITUNGAN BEP DARI PRILAKU PRODUKSI | E. PENDEKATAN KARDINAL DAN ORDINAL | F. 1 CONTOH JENIS BARANG INELASTISITAS akan kerozzi bagi untuk saat ini setelah beberapa minggu yang lalu posting artikel Perbedaan pasar monopoli, Monopolistik, Monopsoni, oligopoli, persaingan sempurna
Perilaku Produsi
Disusun Oleh :
Nur Mazidah

A. PERILAKU PRODUKSI

Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan:
1) berapa output yang harus diproduksikan, dan
2) berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan.
Untuk menyederhanakan pembahasan secara teoritis, dalam menentukan keputusan tersebut digunakan dua asumsi dasar:
1) bahwa produsen atau pengusaha selalu berusaha mencapai keuntungan yang maksimum, dan
2) bahwa produsen atau pengusaha beroperasi dalam pasar persaingan sempurna.
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
Y = f (X1, X2, X3, ……….., Xn) ; dimana Y = tingkat produksi (output) yang dihasilkan dan X1, X2, X3, ……, Xn adalah berbagai faktor produksi (input) yang digunakan. Fungsi ini masih bersifat umum, hanya bisa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor-faktor produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik, seperti misalnya:
a) Y = a + bX ( fungsi linier)
b) Y = a + bX – cX2 ( fungsi kuadratis)
c) Y = aX1
bX2
cX3
d ( fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.
Dalam teori ekonomi, sifat fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hokum yang disebut : The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan.

B. KONDISI SAAT PRODUKSI MENGALAMI UNTUNG, IMPAS DAN RUGI

Kita mengetahui bahwa dari setiap hasil transaksi penjualan sejumlah output (Q) pada tingkat harga (P), produsen dihadapkan kepada 3 kemungkinan, yaitu untung, impas atau rugi. Penentuan kondisi untung, impas atau rugi sebagai berikut :
1. kondisi untung tercapai apabila total penerimaan perusahaan lebih besar daripada total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu output produk
2. kondisi titik impas tercapai apabila total penerimaan perusahaan sama persisi dengan total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output produk
3. kondisi rugi tercapai apabila total penerimaan perusahaan lebih kecil daripada total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output produk
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. TR > TC ---- > π > 0 ----> Untung
clip_image001[4]clip_image002[4]clip_image003[4] Bila b. TR = TC ---- > π = 0 ----> Impas
c. TR < TC ---- > π < 0----> Rugi

Ket.: π = Laba ( TR – TC )
TR = jumlah total seluruh penerimaan perusahaan (P x Q)
TC = jumlah total biaya yang dikeluarkan perusahaan (FC + VC)

C. CONTOH KASUS KETIKA PRODUKSI MENGALAMI UNTUNG, IMPAS DAN RUGI

PT. SJJ menjual produk Rp. 500,-/unit. Biaya tetap perusahaan tersebut Rp. 2 juta dan biaya variabelnya 50% dari pendapatan. jumlah barang yang terjual sejumlah 2.000 unit. Bagaimana kondisi perusahaan tersebut?
Penyelesaian :
P = 500
Q = 2.000
FC = 2.000.000
AVC = 50% x 500 = 250 --------> VC = 250 x Q = 250 x 2.000 = 500.000
π = TR – TC = (P x Q) – (FC + VC)
π = (1.000 x 2.000) – (2.000.000 + 500.000)
π = 2.000.000 – 2.500.000
π = - 500.000
jadi dapat disimpulkan bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian sebesar Rp. 500.000 karena π < 0
Lalu bagaimana agar perusahaan tersebut mengalami titik impas dan untung??
jawabannya Tentu saja ketika perusahaan tersebut memperoleh TR = TC ( Impas) dan TR > TC (Untung)
dan faktor untuk memperoleh nilai tersebut maka kuantiti penjualan produk harus ditambah
TR = TC
500.Q = 2.000.000 + 250.Q
250 Q = 2.000.000
Q = 8.000.unit
jadi perusahaan tersebut akan mengalami titik impas saat jumlah penjualan mencapai 8.000 unit dan akan mengalami keuntungan bila penjualannya lebih dari 8.000 unit

D. PERHITUNGAN BEP DARI PRILAKU PRODUKSI

Analisis titik impas merupakan salah satu konsep penting dalam kajian ekonomi mikro. Hal ini bukan saja berguna untuk menentukan besarnya tingkat output BEP tetapi juga dapat menentukan kapan tingkat output BEP tersebut akan tercapai serta besarnya penerimaan BEP. Pada dasarnya kondisi titik impas tercapai apabila total penerimaan perusahaan sama persisi dengan total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output pada tingkat BEP tersebut (TR = TC). Pada tingkat penerimaan yang sama dengan biaya yang dikeluarkan, besarnya laba sama dengan nol (ketika TR = TC Þ p = 0).
a. Menentukan Kuantitas BEP atau BEP dalam unit (QBEP)
BEP tercapai bila TR = TC, karena TR = PQ dan TC = FC + VC maka
PQ = FC + VC
PQ – VC = FC
Q (P – AVC) = FC
QBEP = FC
(P - AVC)

b. Menentukan BEP dalam rupiah
Q = FC
(P - AVC)
PQ = FC.P = FC
(P - AVC) (P - AVC)/P
PQ = FC
(P/P - AVC/P)
BEP(Rp) = FC
(1 - AVC/P)

c. Menentukan Kuantitas Bila Ada Target Laba Sebesar p
TR – TC = p, karena TR = PQ dan TC = FC + VC maka
PQ – FC – VC = p
PQ – VC = FC + p
Q (P – AVC) = FC + p
Q = FC + p
(P - AVC)

d. Menentukan Kuantitas Bila Atas Laba Tersebut Dikenakan Pajak Sebesar T%
p - T ( p ) = p t
p (1 – T) = p t
p = p t karena p = TR – TC maka :
(1 - T)
TR – TC = p t karena TR = PQ dan TC = FC + VC maka
(1 - T)
PQ – FC – VC = p t
(1 - T)
PQ – VC = FC + p t
(1 - T)
Q (P – AVC) = FC + p t
(1 - T)
Q p t = FC + p
(1 - T)
(P - AVC)

CONTOH:
Berdasarkan soal PT SJJ di atas maka kita akan menentukan :
a. Kuantitas BEP (QBEP).
b. Penerimaan BEP (BEP dalam rupiah).
c. Kuantitas yang terjual bila ada target laba sebesar 10% dari penerimaan BEP (Qp).
d. Kuantitas yang terjual bila atas target laba tersebut dikenakan pajaksebesar 20%
(Qp t).
a. QBEP = FC = 2.000.000 = 8.000 unit
(P - AVC) 500 - 250
b. BEP(Rp) = FC = 2.000.000 = Rp. 4.000.000,-
(1 - AVC/P) 1 - (250/500)
c. Qp = FC + p = 2.000.000 + 400.000 = 9.600 unit
(P - AVC) 500 - 250


d. Q p t = FC + p = 2.000.00 + 400.000 = 10.000 unit
(1 - T) 1 - 0,2
(P - AVC) 500 - 250




E. PENDEKATAN KARDINAL DAN ORDINAL

- Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
- Kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Misalnya: mata uang.
- Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
Kepuasan marginal (marginal utility)
Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi
Hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal Utility)
Besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
Berikut fungsinya:
U = f ( X1, X2, X3………, Xn )
U : besar kecilnya kepuasan.
X : jenis dan jumlah barang yang dikonsumsi.
- Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur.
Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki kelebihan.

- Kelemahan pendekatan ordinal
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.

- Persamaan kardinal dan ordinal
Persamaan cardinal dan ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility) .

- Perbedaan kardinal dan ordinal
• nilai guna (Utility) Kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam angka/ bilangan. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.
• Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .

F. 1 CONTOH JENIS BARANG INELASTISITAS

Barang inelastis adalah suatu barang yang saat terjadi perubahan harga tertentu hanya mengakibatkan presentase yang lebih kecil dari perubahan kuantitas yang diminta, dan bahkan tidak mengalami perubahan jumlah barang yang diminta. Barang dan jasa yang tidak memiliki substitusi biasanya tergolong inelastis
meskipun permintaan inelastis sering diasosiasikan dengan barang "kebutuhan," banyak juga barang yang bersifat inelastis meskipun konsumen mungkin tidak "membutuhkannya." Permintaan terhadap garam, misalnya, menjadi permintaan inelastis bukan karena konsumen sangat membutuhkannya, melainkan karena harganya yang sangat murah
DAFTAR PUSTAKA

http://jamiroquai-kamaludin.blogspot.com
http://afirdauz.blogspot.com/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/
http://id.wikipedia.org/wiki/Elastisitas_permintaan
http://www.google.co.id

Demikian artikel Perilaku Produksi, Untung, Impas, Rugi, Kardinal, Ordinal yang bisa saya sampaikan. semoga bermanfaat yaaa..

No comments:

Post a Comment