1. Pancasila Sebagai Sumber Nilai
Nilai merupakan suatu pernghargaan atau kualitas suatu hal yg dapat menjadi dasar penentu tingkah laku manusia.
a. Nilai-Nilai Kehidupan Bernegara
1. Nilai dasar adalah asas-asas yg diterima sebagai dalil yg kurang lebih mutlak yg berasal dari nilai-nilai cultural atau budaya yang berasal dari budaya bangsa Indonesia itu sendiri.
2. Nilai Instrumental adalah pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, biasanya dalam wujud norma social atau norma hukum yg selanjutnya terkristalisasi dalam lembaga-lembaga yg sesuai dengan kebutuhan, tempat dan waktu.
3. Nilai Praktis adalah nilai yg dilaksanakan dalam kenyataan.
b. Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa
Sumber nilai kehidupan bangsa Indonesia adalah sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Di dalam pancasila, terkandung nilai-nilai kehidupan berbangsa. Nilai-nilai tersebut adalah nilai ideal, nilai material, nilai estetis, nilai social, dan nilai religius atau keagamaan.
2. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Paradigma berarti cara pandang, nilai-nilai, metode-metode, prinsip dasar, atau cara memecahkan masalah yg dianut oleh suatu masyarakat pd masa tertentu. Dalam pembangunan Nasional, pancasila adalah paradigma karena dijadikan landasan, acuan, metode, nilai dan tujuan yg ingin dicapai setiap program pembangunan Negara Republik Indonesia.
a. Visi Pembangunan Nasional
Visinya adalah mewujudkan masyarakat Indonesia yg damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Republik Indonesia yg didukung oleh manusia Indonesia yg sehat, mandiri dan disiplin.
b. Misi Pembangunan Nasional
1. Pengamalan pancasila secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan.
3. Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
4. Penjaminan kondisi aman, damai, tertib, dan tentram.
5. dll
Wednesday, 15 September 2010
Pancasila dijadikan sebagai jiwa bangsa, ideologi dan sebagai dasar Negara
Pancasila dijadikan sebagai jiwa bangsa, ideologi dan sebagai dasar Negara
1. Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri merupakan Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai Pancasila, maka yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang kita gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978, Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan sebagai kesatuan yang bulat dan utuh, karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila.
2. Pancasila dijadikan sebagai ideology
Ideologi berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, dan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, atau faham.
Menurut Franz Magnis-Suseno, ideology dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Ideologi tertutup merupakan suatu system pemikiran tertutup. Ciri-cirinya adalah:
• Merupakan cita-cita sekelompok orang untuk mengubah dan memperbaharui masyarakat
• Pengorbanan-pengorbanan yg diberikan kepada masyarakat dibenarkan atas nama ideology
• Tidak hanya berisi nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan juga tuntutan-tuntutan keras yg konkret dan operasional, serta diajukan secara mutlak.
2. Ideologi terbuka merupakan suatu pemikiran terbuka. Ciri-cirinya adalah:
• Nilai – nilai dan cita-cita tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan diambil dan digali dari moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
• Bukan berdasarkan keyakinan ideoogis sekelompokk orang, melainkan hasil musyawarah dan consensus masyarakat tersebut.
• Nilai-nilai itu bersifat dasar dan hanya secara garis besar, sehingga tidak langsung operasional.
Menurut Alfian kekuatan ideology tergantung pada kualitas tiga dimensi yang ada pada ideology tersebut yaitu:
a. Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung didalam ideology tersebut secara riil hidup didalam serta bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah masyarakat atau bangsanya.
b. Dimensi idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideology tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.
c. Dimensi fleksibilitas / dimensi pengembangan, yaitu ideology tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan ideology bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari jatidiri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.
3. Pancasila dijadikan sebagai dasar Negara
Setiap negara di dunia ini mempunyai dasar negara yang dijadikan landasan dalam menyelenggarakan pemerintah negara. Seperti Indonesia, Pancasila dijadikan sebagai dasar negara atau ideologi negara untuk mengatur penyelenggaraan negara. Hal tersebut sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 yang berbunyi :
“Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada........dst”.
Dengan demikian kedudukan pancasila sebagai dasar negara termaktub secara yuridis konstitusional dalam pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita – cita hukum dan norma hukum yang menguasai hukum dasar negara RI dan dituangkan dalam pasal – pasal UUD 1945 dan diatur dalam peraturan perundangan.
Selain bersifat yuridis konstitusional, pancasila juga bersifat yuridis ketata negaraan yang artinya pancasila sebagai dasar negara, pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum. Artinya segala peraturan perundangan secara material harus berdasar dan bersumber pada pancasila. Apabila ada peraturan (termasuk di dalamnya UUD 1945) yang bertentangan dengan nilai – nilai luhur pancasila, maka sudah sepatutnya peraturan tersebut dicabut.
Berdasarkan uaraian tersebut pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat imperatif atau memaksa, artinya mengikat dan memaksa setiap warga negara untuk tunduk kepada pancasila dan bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran harus ditindak sesuai hukum yang berlaku di Indonesia serta bagi pelanggar dikenakan sanksi – sanksi hukum.
Nilai – nilai luhur yang terkandung dalam pancasila memiliki sifat obyektif – subyektif. Sifat subyektif maksudnya pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran bangsa Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai pancasila sesuai dengan kenyataan dan bersifat universal yang diterima oleh bangsa – bangsa beradab. Oleh karena memiliki nilai obyektif – universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka pancasila selalu dipertahankan sebagai dasar negara.
Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga cita – cita para pendiri bangsa Indonesi dapat terwujud.
1. Pancasila Sebagai Jiwa Dan Kepribadian Bangsa Indonesia
Pancasila yang kita gali dari bumi Indonsia sendiri merupakan Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.
perjanjian luhur rakyat Indonesia yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila itu telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
Akhirnya perlu juga ditegaskan, bahwa apabila dibicarakan mengenai Pancasila, maka yang kita maksud adalah Pancasila yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 itulah yang kita gunakan, sebab rumusan yang demikian itulah yang ditetapkan oleh wakil-wakil bangsa Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Ketetapan MPR No. XI/MPR/1978, Pancasila itu merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh dari kelima silanya. Dikatakan sebagai kesatuan yang bulat dan utuh, karena masing-masing sila dari Pancasila itu tidak dapat dipahami dan diberi arti secara sendiri-sendiri, terpisah dari keseluruhan sila-sila lainnya. Memahami atau memberi arti setiap sila-sila secara terpisah dari sila-sila lainnya akan mendatangkan pengertian yang keliru tentang Pancasila.
2. Pancasila dijadikan sebagai ideology
Ideologi berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, dan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, atau faham.
Menurut Franz Magnis-Suseno, ideology dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Ideologi tertutup merupakan suatu system pemikiran tertutup. Ciri-cirinya adalah:
• Merupakan cita-cita sekelompok orang untuk mengubah dan memperbaharui masyarakat
• Pengorbanan-pengorbanan yg diberikan kepada masyarakat dibenarkan atas nama ideology
• Tidak hanya berisi nilai-nilai dan cita-cita tertentu, melainkan juga tuntutan-tuntutan keras yg konkret dan operasional, serta diajukan secara mutlak.
2. Ideologi terbuka merupakan suatu pemikiran terbuka. Ciri-cirinya adalah:
• Nilai – nilai dan cita-cita tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan diambil dan digali dari moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
• Bukan berdasarkan keyakinan ideoogis sekelompokk orang, melainkan hasil musyawarah dan consensus masyarakat tersebut.
• Nilai-nilai itu bersifat dasar dan hanya secara garis besar, sehingga tidak langsung operasional.
Menurut Alfian kekuatan ideology tergantung pada kualitas tiga dimensi yang ada pada ideology tersebut yaitu:
a. Dimensi realita, yaitu bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung didalam ideology tersebut secara riil hidup didalam serta bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah masyarakat atau bangsanya.
b. Dimensi idealisme, yaitu bahwa nilai-nilai dasar ideology tersebut mengandung idealisme yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.
c. Dimensi fleksibilitas / dimensi pengembangan, yaitu ideology tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan merangsang pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan ideology bersangkutan tanpa menghilangkan atau mengingkari jatidiri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.
3. Pancasila dijadikan sebagai dasar Negara
Setiap negara di dunia ini mempunyai dasar negara yang dijadikan landasan dalam menyelenggarakan pemerintah negara. Seperti Indonesia, Pancasila dijadikan sebagai dasar negara atau ideologi negara untuk mengatur penyelenggaraan negara. Hal tersebut sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 yang berbunyi :
“Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada........dst”.
Dengan demikian kedudukan pancasila sebagai dasar negara termaktub secara yuridis konstitusional dalam pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita – cita hukum dan norma hukum yang menguasai hukum dasar negara RI dan dituangkan dalam pasal – pasal UUD 1945 dan diatur dalam peraturan perundangan.
Selain bersifat yuridis konstitusional, pancasila juga bersifat yuridis ketata negaraan yang artinya pancasila sebagai dasar negara, pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum. Artinya segala peraturan perundangan secara material harus berdasar dan bersumber pada pancasila. Apabila ada peraturan (termasuk di dalamnya UUD 1945) yang bertentangan dengan nilai – nilai luhur pancasila, maka sudah sepatutnya peraturan tersebut dicabut.
Berdasarkan uaraian tersebut pancasila sebagai dasar negara mempunyai sifat imperatif atau memaksa, artinya mengikat dan memaksa setiap warga negara untuk tunduk kepada pancasila dan bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran harus ditindak sesuai hukum yang berlaku di Indonesia serta bagi pelanggar dikenakan sanksi – sanksi hukum.
Nilai – nilai luhur yang terkandung dalam pancasila memiliki sifat obyektif – subyektif. Sifat subyektif maksudnya pancasila merupakan hasil perenungan dan pemikiran bangsa Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai pancasila sesuai dengan kenyataan dan bersifat universal yang diterima oleh bangsa – bangsa beradab. Oleh karena memiliki nilai obyektif – universal dan diyakini kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia maka pancasila selalu dipertahankan sebagai dasar negara.
Jadi berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga cita – cita para pendiri bangsa Indonesi dapat terwujud.
Wayang Kulit In World Acknowledge
The young people now what was still able to watch all-night wayang performance let alone take the play "Anoman Maneges", precisely the time when science-old men are spoken mastermind or released before dawn. When young children are fast asleep. And increasingly more and more engrossed in the morning, the mastermind answer questions Anoman, mbeber kawruh secret. Try mas Surya who tells another story fun for sure.
UNESCO on November 7, 2003 had LEATHER PUPPET SET that is Indonesia's cultural heritage. State Minister of Culture and Tourism I Gede Ardika said, since 7 November 2003 and Organization of Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) has recognized the puppet as the World Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Kumbo Karno Autumn
This is a standard story Ramayana is very popular and very popular with lovers of wayang kulit, circa 80's Ki Anom Suroto held Kumbokarno Autumn play and immediately got a good response from the community. Even at that time record sales are in demand and I am one of them has a tape recording but the father who bought hehehe ... ....
Immediately, the story Kumbokarno Autumn ... ....
The dispute between King Dosomuko By Prabu Romo Wijoyo The resulting Many Victims of the Fall In the field Dosomuko Match Making Makin King growled. Because only against smaller monkey troops dosomuko the average forces are very powerful giants did not win the battle. Will Dosomuko Patih subsequent Prahasto advanced alone to the battlefield, but at the request of the Son Alengka Forward To Dosomuko Do not let itself face the forces Prabu Romo Wijoyo. So with the permission of King dosomuko four sons Lanka (Trisirah Trinetro ... .., .. Trikoyo, Dewantoko) forward the war against the Monkey King troops Wijoyo priest, Alengka ahirnya The four sons go to war with the blessing of King dosomuko, but the ahirnya the fourth son of Lanka King died fighting forces romo Wijoyo. The more furious King dosomuko lost four sons and wanting to go up against the forces of persuasion King romo but meek (Pulontani) for dosomuko King told his sister (Kumbo Karno) to fight the monkeys, who were told to wake And Indrajitlah Raden KUMBOKARNO a longer sleep in the mountain asceticism Goh Karno, After the Wake KUMBOKARNO come to call his brother King Alengka top Dosomuko. Arriving at Alengka KUMBOKARNO troops ordered to fight against King Romo After Eating given, however Kumbokarno Dosomuko Reject So Angry And throw. But his return KUMBOKARNO His son came to Lanka to follow Bapaknya.n Because cunning Dosomuko Maju Putra twin KUMBOKARNO Eventually, the war and the resulting KUMBOKARNO Fall Forward war against the enemy, but in its war against the King Father KUMBOKARNO not Wijoyo Namu against the enemies who had invaded his country, in Raden Gunawan Wibisono trip that has become Sodara Prabu Romo came and menanyaka maksut brother who advanced to the battlefield, after KUMBOKARNO explain maksutnya ahirnya Raden Gunawan Report to the King Father And Telling her brother Raden Lesmana To Fight KUMBOKARNO. With the most terrible magic arrows could kill Eventually Lesmana Raden Raden KUMBOKARNO, and Autumn became kusuma nation ... ... ... ...
Thus the story of autumn kumbokarno apologize if wrong in writing the story does not match the autumn KUMBOKARNO original story
Pencak Silat: ORIGINAL INDONESIAN CULTURE TO conserved
Silat is expected to spread across the archipelago since the 7th century AD, but its origin has not been established. However, silat is now recognized as a tribe of Malay culture in the broad sense, namely the residents of coastal areas of Sumatra and the Malay Peninsula, and various other ethnic groups who use the lingua franca of the Malay language in various areas on the islands of Java, Bali, Kalimantan, Sulawesi, and others are also developing their own form of traditional martial arts. Pencak Silat is an open culture where early Malay culture has to adapt to different cultures brought by traders and immigrants from India, Chinese, Arabic, Turkish, and others. Cultures were then assimilated and adapted to indigenous cultures. So presumably the historical martial arts were born simultaneously with the emergence of Malay culture. Thus, each region generally has a proud martial figures. For example, Malays, especially in the Malay Peninsula believe that Hang Tuah legend from the 14th century is a martial arts warrior who terhebat.Hal as it also happens in Java, which boasts Gajah Mada.
Silat has developed in Indonesia and Malaysia (including Brunei and Singapore) and has the same historical roots as a means of resistance against foreign invaders .. After the time of independence, silat martial arts developed into formal.
The organization was formed as a national martial art of Pencak Silat Association of Indonesia (IPSI) in Indonesia, the Guild Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) in Malaysia, Singapore Silat Guild (EXACTLY) in Singapore, and the Guild Silat Brunei Darussalam (PERSIB) in Brunei. Has grown to also dozens of martial arts universities in the United States and Europe. Silat has now formally entered the sport in international matches, particularly competed in the SEA Games.
There are hundreds of streams of the martial art. Each stream has a unique and moves masing2 mainstay. The uniqueness and diversity of the flow of martial arts is one distinctive feature of Pencak Silat in Indonesia ...
Culture Shift Listening Behaviors among Adolescents and Young among Hedonism
If you are willing to momentarily stop the rush to make the coursework or discussion about a subject, either if we become more critical to observe the behavior of young adolescent tendency today is certainly interesting to think about together.
The more rapid trend of capitalism and the conglomerate of certain elite quantitative growth of entertainment venues and shopping malls is growing like mushrooms rainy season. This phenomenon is directly or indirectly affect the culture and lifestyle of the young teens today. Cultural shift began to infect the young teenagers without compromise and a massive exodus of young teenagers thinking paradigm, from eastern culture to western culture. You can see the young teen hedonist bersliweran with various fashion hair fashion tank top or junkies, and other digital tools. Climate society is now far different from past community. However, if we examine this phenomenon further that young teenagers have fallen into the euphoria of pop culture. Furthermore, young people are supposed to be a gay teenager significans even fall into the superficiality of life.
This is only invites readers to contemplate the impact of globalization without having entangled into the mainstream superficiality of life post-modernity and how it does not undermine the positive values into our cultural heritage.
Teen Pop Culture Euphoria: Fruit Globalization
Man must change. That's the fundamental thing that should be considered together. It is true Praise be to Allaah man with all the culture and sense budinya should be developed as optimal as possible, because it will further advance its position mengkokohkan Creature earth as God is perfect than other creatures.
This time, the man turned toward the timeframe kontradiksional with previous phases, namely phase of globalization. On the one hand man is expected to evolve toward a more modern direction, both aspects of technology, law, social / social welfare, politics, democracy, and all other systems should be enhanced. Technology field of informatics, medicine, biotechnology, and transportation has developed so great to overcome the limits of space and time.
However, it should not be forgotten that human development results are relative and ambivalent. Negative effects of globalization is the euphoria of pop culture, free trade, the marginalization of the weak, and the emergence of gaps relations antaara the rich and the poor. These results have established a new culture for the community, especially young teenagers become men who are trapped in the flow of pop culture.
Life appreciation that more shallow dikalanagan Teens
The illustration at the beginning of this paper are just a few deskrispsi which proves the existence of trends in modern humans. There are many other examples as a result of globalization. young teenagers today prefer to read comics or play games instead of having to read quality books. Reading with depth of analysis and quality novels only a small part of their priorities, such as reading materials that touched only if forced to or because of academic demands.
You can dodge that these symptoms is an adaptive form of the development of civilization. But that is rationalizing. Actually, the human tendency today is not simply a problem with the times but this is a matter of pride and appreciation of life.
The most striking evidence is the television, many television shows are increasingly distant from the ideals of journalism, even legalizing the culture of violence, instanisasi, and other forms of criminality. Most of the TV we are just getting mendangkalkan nature of human affective. Impressions of natural disasters, poverty, war, famine, the invention of technology, learning culture, and so forth have made the human affections are not sensitive to it. There is no mental and intellectual processes further. Appreciation for the noble values increasingly reduced.
The existence of young teenagers just placed on temporary admissions, for example, an adolescent is considered its presence there when these adolescents enter into motorcycle gang members, using branded clothes, using blueberries, clubbing, clubbing, doing freesex, ngedrugs, and so forth. The existence of young teenagers just appreciated the extent of ownership and status only. If sedimentation is constantly maintained and cultivated among our youth, the meaning and respect for human beings even further. The result was the disappearance of respect for other human beings, for example: war, rape, commercialization of organs, trafficking, brawl, etc.. These examples are an indication of the destruction of a culture that starts from a shift in cultural values among youth in our youth. The impact is very sad and alarming!
Solution: Internalization
As previously disclosed that the human being as homo significans, essentially making man as man giver of meaning. Kick the most powerful way to overcome the superficiality of life post-modernity is the deposition or internalization. Internalization is the process of re-interpret the meanings of life. The meaning of life which had been valued superficially, this time dug up and dive.
There are two methods of internalization are offered, namely the culture of reflection and silence. Both are mutually complementary and can not be separated if going against the flow of pop culture. Reflection requires silence. Silence can be achieved when people reflect. Etymologically, the reflection comes from the Latin verbum compositum re-flectere, meaning among other things, turn, turn, restore, reflect, and think. Presumably, the last two meanings that are suitable for defining the reflection within the framework of this reflection. Reflection is an attempt to look back at something in depth by using the thoughts and affections to find a noble values which can then be used as live stock. Euphoria in the globalization of pop culture offers so many things that just end up being without any impressions that can be experienced. With a culture of reflection, these impressions can be deposited. In one by one negative and positive experiences can be analyzed, considered, it was concluded, and finally deposited in conscience. It is this process that makes young teenagers to realize the good and bad an attitude. In this process also the young teenagers are invited to follow the experiences gained, so it appears the values of each event is experienced, and of course these values can be life provision further.
The role of reflection in this framework as well as a prophet, to remind all the prohibitions or commandments of God is taught. Reflection plays a critical function in young adolescents. When he experienced silting life values in the form of pragmatism, blind conformity and so forth. Reflection shows his guilt, and directing to the right.
Therefore we as young teenagers should be able to change ourselves into human beings that are meaningful to other people through attitudes and daily behavior. This effort can only be achieved through personal effort rather than someone else, there is a saying do not change the other person before you can change yourself. Congratulations O reflect the teens ... !
The more rapid trend of capitalism and the conglomerate of certain elite quantitative growth of entertainment venues and shopping malls is growing like mushrooms rainy season. This phenomenon is directly or indirectly affect the culture and lifestyle of the young teens today. Cultural shift began to infect the young teenagers without compromise and a massive exodus of young teenagers thinking paradigm, from eastern culture to western culture. You can see the young teen hedonist bersliweran with various fashion hair fashion tank top or junkies, and other digital tools. Climate society is now far different from past community. However, if we examine this phenomenon further that young teenagers have fallen into the euphoria of pop culture. Furthermore, young people are supposed to be a gay teenager significans even fall into the superficiality of life.
This is only invites readers to contemplate the impact of globalization without having entangled into the mainstream superficiality of life post-modernity and how it does not undermine the positive values into our cultural heritage.
Teen Pop Culture Euphoria: Fruit Globalization
Man must change. That's the fundamental thing that should be considered together. It is true Praise be to Allaah man with all the culture and sense budinya should be developed as optimal as possible, because it will further advance its position mengkokohkan Creature earth as God is perfect than other creatures.
This time, the man turned toward the timeframe kontradiksional with previous phases, namely phase of globalization. On the one hand man is expected to evolve toward a more modern direction, both aspects of technology, law, social / social welfare, politics, democracy, and all other systems should be enhanced. Technology field of informatics, medicine, biotechnology, and transportation has developed so great to overcome the limits of space and time.
However, it should not be forgotten that human development results are relative and ambivalent. Negative effects of globalization is the euphoria of pop culture, free trade, the marginalization of the weak, and the emergence of gaps relations antaara the rich and the poor. These results have established a new culture for the community, especially young teenagers become men who are trapped in the flow of pop culture.
Life appreciation that more shallow dikalanagan Teens
The illustration at the beginning of this paper are just a few deskrispsi which proves the existence of trends in modern humans. There are many other examples as a result of globalization. young teenagers today prefer to read comics or play games instead of having to read quality books. Reading with depth of analysis and quality novels only a small part of their priorities, such as reading materials that touched only if forced to or because of academic demands.
You can dodge that these symptoms is an adaptive form of the development of civilization. But that is rationalizing. Actually, the human tendency today is not simply a problem with the times but this is a matter of pride and appreciation of life.
The most striking evidence is the television, many television shows are increasingly distant from the ideals of journalism, even legalizing the culture of violence, instanisasi, and other forms of criminality. Most of the TV we are just getting mendangkalkan nature of human affective. Impressions of natural disasters, poverty, war, famine, the invention of technology, learning culture, and so forth have made the human affections are not sensitive to it. There is no mental and intellectual processes further. Appreciation for the noble values increasingly reduced.
The existence of young teenagers just placed on temporary admissions, for example, an adolescent is considered its presence there when these adolescents enter into motorcycle gang members, using branded clothes, using blueberries, clubbing, clubbing, doing freesex, ngedrugs, and so forth. The existence of young teenagers just appreciated the extent of ownership and status only. If sedimentation is constantly maintained and cultivated among our youth, the meaning and respect for human beings even further. The result was the disappearance of respect for other human beings, for example: war, rape, commercialization of organs, trafficking, brawl, etc.. These examples are an indication of the destruction of a culture that starts from a shift in cultural values among youth in our youth. The impact is very sad and alarming!
Solution: Internalization
As previously disclosed that the human being as homo significans, essentially making man as man giver of meaning. Kick the most powerful way to overcome the superficiality of life post-modernity is the deposition or internalization. Internalization is the process of re-interpret the meanings of life. The meaning of life which had been valued superficially, this time dug up and dive.
There are two methods of internalization are offered, namely the culture of reflection and silence. Both are mutually complementary and can not be separated if going against the flow of pop culture. Reflection requires silence. Silence can be achieved when people reflect. Etymologically, the reflection comes from the Latin verbum compositum re-flectere, meaning among other things, turn, turn, restore, reflect, and think. Presumably, the last two meanings that are suitable for defining the reflection within the framework of this reflection. Reflection is an attempt to look back at something in depth by using the thoughts and affections to find a noble values which can then be used as live stock. Euphoria in the globalization of pop culture offers so many things that just end up being without any impressions that can be experienced. With a culture of reflection, these impressions can be deposited. In one by one negative and positive experiences can be analyzed, considered, it was concluded, and finally deposited in conscience. It is this process that makes young teenagers to realize the good and bad an attitude. In this process also the young teenagers are invited to follow the experiences gained, so it appears the values of each event is experienced, and of course these values can be life provision further.
The role of reflection in this framework as well as a prophet, to remind all the prohibitions or commandments of God is taught. Reflection plays a critical function in young adolescents. When he experienced silting life values in the form of pragmatism, blind conformity and so forth. Reflection shows his guilt, and directing to the right.
Therefore we as young teenagers should be able to change ourselves into human beings that are meaningful to other people through attitudes and daily behavior. This effort can only be achieved through personal effort rather than someone else, there is a saying do not change the other person before you can change yourself. Congratulations O reflect the teens ... !
Pop Culture
Honestly, if there is a garbage man to contribute every day for the sake of public health, yet we certainly know the man. After all, that person is not famous. Plus, what he does is of trivial and disgusting. So remehnya, ABG children claimed by the words "very important ga snack."
And honestly alone that we also do not want to know that there might exist in the interior of the teachers who have a high dedication has died in his devotion. They may slip into the river while crossing the raft, struck down the school building materials that are already fragile, or perhaps because his salary was not enough to feed 2 times a day.
But honestly, yes, we are certainly familiar with Manohara. Pretty girl the other day that often appear in the media because of differences with the Sultan of Kelantan, her husband. Honestly too, that we are familiar with Michael Jackson, and we sympathize for her death recently.
From the honesty that we express the above, we can see that there are differences in our brains when looking at and perceiving people. It may be that our views are different it is proof that we are not fair. We would rather see people who are nice, rich, prestigious, well-known ...
But, if we do that, actually that's not entirely our fault. We have had an unfair view because our view has been shaped by the media. Whatever the communication expert opinions on this matter, I'm sure the experts would not be denied that the media has a role and influence in shaping attitudes, behaviors and our views. The media, both print and electronic media, has a terrible effect on us in seeing a reality.
Almost all media have an ideology. Sometimes there are ideological differences between the media. But there is an ideology that must be the same, namely the ideology that the media wanted to gain acceptance from the community (public acceptance). Because of the desire to gain acceptance from society, the media broadcast what is preferred by most people. This so-called popular culture.
So if we, as a society, do not like the smell of the soap opera of education, then no media will show the education-themed soap opera. Why would they publish? After all will not be sold. Even the media can be a big loss. No ads enter. Ads also do not like education. Ads are also ideological.
Popular culture embraced the principle that what is loved by most people, then that which received support from various parties. Naturally, if a movie or a lot of love songs appear in the media, it's because people like it. Naturally, if the movie or the scientific and patriotic-themed songs do not sell, because people do not like it. Perhaps popular culture is a subsidiary branch of the ideology of capitalism. And the mindset of public acceptance was a twig.
Fuss, when there is a Presidential candidate who we think is intelligent, honest, dignified and pro-people, but physically ugly, short, bad speech, could be a candidate for president was defeated. Why? Because he is not supported by the majority community. Is not our society prefers to things that are explicit-priori-simple? So which is considered generally limited to his physical. If this is a community-supported definite candidates for President are handsome or beautiful, good looking, quiet, and of course the handsome, though a candidate for President was stupid seven generations, corrupt and clever to pretend for the sake of pleasing the public.
This is dangerous right?
And honestly alone that we also do not want to know that there might exist in the interior of the teachers who have a high dedication has died in his devotion. They may slip into the river while crossing the raft, struck down the school building materials that are already fragile, or perhaps because his salary was not enough to feed 2 times a day.
But honestly, yes, we are certainly familiar with Manohara. Pretty girl the other day that often appear in the media because of differences with the Sultan of Kelantan, her husband. Honestly too, that we are familiar with Michael Jackson, and we sympathize for her death recently.
From the honesty that we express the above, we can see that there are differences in our brains when looking at and perceiving people. It may be that our views are different it is proof that we are not fair. We would rather see people who are nice, rich, prestigious, well-known ...
But, if we do that, actually that's not entirely our fault. We have had an unfair view because our view has been shaped by the media. Whatever the communication expert opinions on this matter, I'm sure the experts would not be denied that the media has a role and influence in shaping attitudes, behaviors and our views. The media, both print and electronic media, has a terrible effect on us in seeing a reality.
Almost all media have an ideology. Sometimes there are ideological differences between the media. But there is an ideology that must be the same, namely the ideology that the media wanted to gain acceptance from the community (public acceptance). Because of the desire to gain acceptance from society, the media broadcast what is preferred by most people. This so-called popular culture.
So if we, as a society, do not like the smell of the soap opera of education, then no media will show the education-themed soap opera. Why would they publish? After all will not be sold. Even the media can be a big loss. No ads enter. Ads also do not like education. Ads are also ideological.
Popular culture embraced the principle that what is loved by most people, then that which received support from various parties. Naturally, if a movie or a lot of love songs appear in the media, it's because people like it. Naturally, if the movie or the scientific and patriotic-themed songs do not sell, because people do not like it. Perhaps popular culture is a subsidiary branch of the ideology of capitalism. And the mindset of public acceptance was a twig.
Fuss, when there is a Presidential candidate who we think is intelligent, honest, dignified and pro-people, but physically ugly, short, bad speech, could be a candidate for president was defeated. Why? Because he is not supported by the majority community. Is not our society prefers to things that are explicit-priori-simple? So which is considered generally limited to his physical. If this is a community-supported definite candidates for President are handsome or beautiful, good looking, quiet, and of course the handsome, though a candidate for President was stupid seven generations, corrupt and clever to pretend for the sake of pleasing the public.
This is dangerous right?
Saturday, 11 September 2010
Hukum Shooting Video
Pertanyaan:
Apa hukum merekam forum perkulian (ceramah) atau forum lainnya dengan menggunakan video kaset, dengan maksud agar dapat ditayangkan di tempat lain sehingga manfaatnya dapat dirasakan pula oleh orang lain?
Jawaban:
Merekam peristiwa seperti forum perkuliahan atau ceramah lebih dianjurkan menggunakan kaset biasa ketimbang memvisualisasikannya dalam bentuk gambar (seperti video atau vcd). Tetapi kadang-kadang dibutuhkan pula visualisasi gambar agar menjadi jelas siapa yang berbicara. Maka fungsi gambar di sini adalah untuk mempertegas dan memperjelas tentang siapa yang berbicara, dan kadang-kadang visualisasi gambar juga di butuhkan untuk keperluan lainnya.
Saya menahan diri untuk tidak berkomentar dalam masalah ini karena adanya penjelasan hukum atau hadits berkenaan dengan gambar segala sesuatu yang bernyawa, juga karena adanya ancaman yang keras bagi para pelakunya.
Meskipun saudara-saudaraku dari kalangan ilmuwan menganggap bahwa hal itu diperbolehkan demi kemaslahatan bersama, tetapi saya pribadi menahan diri dari permasalahan yang demikian mengingat seriusnya masalah tersebut, dan mengingat hadits-hadits yang tertera dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim) yang kedudukannya sangat kuat, dan banyak lagi hadits yang menerangkan bahwa orang yang paling berat siksaannya pada hari kiamat adalah para pembuat gambar (pelukis), juga hadits-hadits yang melaknat para pembuat gambar dan hadits-hadits lainnya. Semoga Allah memberi petunjuk.
Sumber:
Majalah al-Buhuts, edisi 42 hal. 161, Syaikh Ibn Baz.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.
Hukum berbisnis warnet
Pertanyaan:
Beberapa hari ini telah menjamur apa yang disebut dengan Cafe-cafe Internet, semacam tempat yang di dalamnya terdapat media komputer di mana pemiliknya menyewakannya per jam, misalnya, kepada para pelanggan yang melaluinya mereka dapat menjelajahi internet. Sekalipun terkadang hal ini juga digunakan oleh sebagian pelanggan yang sebenarnya tidak bisa ikut mengoperasikannya, hanya saja kebanyakan para pemuda justru menjadikannya sebagai ajang untuk menjelajahi sebagian situs-situs yang tidak senonoh. Karenanya, kami berharap dari yang mulia berdasarkan apa yang telah kami paparkan diatas untuk memberikan pengarahan seputar hukum berbisnis warnet tersebut, hukum menyewakan kios/tempat bagi mereka yang menyewanya, hukum mengunjunginya dan ketentuan tentang hal itu, semoga Allah membalas kebaikan anda.
Jawaban:
Para pemilik Cafe-cafe dan pemilik media-media komputer tersebut wajib menjaganya dari kerusakan dan para perusak serta menjauhi setiap kejelekan dan amal jelek.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa media-media komputer tersebut ibarat senjata bermata dua akan tetapi realitasnya, kerusakan dan kejahatanlah yang lebih dominan ada di dalamnya dan mayoritas mereka yang sering mengunjungi Cafe-cafe seperti itu dan melihat apa yang ditampilkan dan dikirim oleh media-media tersebut juga berupa kejahatan dan kerusakan.
Kami telah melihat sendiri pengaruh yang demikian serius dan penyimpangan yang terjadi pada para pemuda yang menerima tampilan gambar-gambar porno, ungkapan-ungkapan yang mengundang fitnah, syubhat-syubhat yang menyesatkan dan hikayat-hikayat dusta yang disediakan oleh media tersebut.
Nasehat kami untuk para pemilik warnet ini agar mencegah jenis berlangganan program seperti ini, baik di dalam menerima maupun menampilkannya.
Adalah wajib menjadikan suatu bentuk pengawasan ketat terhadap setiap pelanggan warnet tersebut hingga dia berhati-hati terhadapnya dan para pemiliknya dapat membatasinya pada hal-hal yang berguna buat kaum muslimin, baik terhadap urusan dien maupun urusan dunia mereka. Wallahu a’lam.
Sumber:
Fatwa ini diucapkan dan didiktekan oleh Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, pada tanggal 24-7-1420 H.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 2, penerbit Darul Haq.
Hukum Cemburu Kepada Orang Lain
Pertanyaan:
Kadangkala aku merasakan kekerasan dalam hatiku dan kadangkala aku merasa memiliki penyakit seperti syirik khafi (tersembunyi) atau cemburu kepada orang lain. Lantas, apakah solusinya? Aku sering membaca doa Rasul -shollallaahu'alaihi wasallam-, "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari menyekutukanMu sedangkan aku tahu dan aku memohon ampunanmu karena syirik yang tidak aku ketahui." (HR. Ahmad dalam al-Musnad, no. 19109; disebutkan oleh al-Haitsami dalam al-Majma’, 10/ 226-227). Dan aku berdoa untuk orang-orang yang mana aku cemburu kepada mereka; apakah itu akan menghapuskan kesalahanku terhadap mereka, kemudian adakah solusi lainnya yang dapat menyembuhkanku dari penyakit yang berbahaya ini?
Jawaban:
Kamu semestinya memperbanyak berdzikir kepada Allah, membaca al-Qur'an, dan melakukan amalan yang dapat kamu kerjakan berupa ibadah-ibadah sunnah dan bergaul dengan orang-orang yang taat beragama lagi shalih, mengikhlaskan amal karena Allah -subhanahu wata'ala- dan menjauhkan peribadatan dari hal-hal yang mengandung riya' dan mengusirnya jauh-jauh ketika riya' tersebut merasukinya, guna mencari keridhaan Allah dan negeri akhirat.
Adapun membuang kecemburuan ialah dengan keyakinan bahwa semua kenikmatan itu pemberian dari Allah -subhanahu wata'ala- dan bahwa Dialah yang membagi-bagikannya kepada para hambaNya. Dia berfirman,
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُون
"Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmat Rabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (Az-Zukhruf: 32).
Dan hendaklah merasa senang jika saudaranya mendapatkan sesuatu sebagaimana ia senang mendapatkan untuk dirinya sendiri, berdasarkan sabda Nabi -shollallaahu'alaihi wasallam-,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتىَّ يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
"Tidak beriman salah seorang dari kalian sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa-apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri."
Dan sibuk terhadap dirinya sendiri, daripada cemburu dan dengki, dengan sesuatu yang bermanfaat berupa ucapan dan perbuatan yang shalih.
Billahit taufiq. Semoga shalawat dan salam senantiasa Allah limpahkan atas Nabi Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.
Sumber:
Al-Lajnah ad-Da'imah, Fatawa al-'Ilaj bil Qur'an was Sunnah - ar-Ruqa wama yata`allaqu biha, hal. 28-29.
Disalin dari buku Fatwa-Fatwa Terkini Jilid 3, penerbit Darul Haq.
Kehidupan Sehari-Hari Yang Islami
Saudaraku...
Dengan penuh pengharapan bahwa kebahagiaan dunia dan akhirat yang akan kita dapatkan, maka kami sampaikan risalah yang berisikan pertanyaan-pertanyaan ini ke hadapan Anda untuk direnungkan dan dijawab dengan perbuatan.
Pertanyaan-pertanyaan ini sengaja kami angkat ke hadapan Anda dengan harapan yang tulus dan cinta karena Allah Subhanahu wa Ta'ala, supaya kita bisa mengambil manfaat dan faedah yang banyak darinya, disamping itu sebagai bahan kajian untuk melihat diri kita, sudah sejauh mana dan ada dimana posisinya selama ini.
Saudaraku...
Risalah ini dinukilkan dari buku saku yang sangat bagus dan menawan yaitu Zaad Al-Muslim Al-Yaumi (Bekalan Muslim Sehari-hari) dari hal. 51 - 55, bab Hayatu Yaumi Islami yang diambil dari kitab Al-Wabil Ash-Shoyyib oleh Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah dan diterjemahkan oleh saudara kita Fariq Gasim Anuz semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala membalasnya dengan pahala dan surga-Nya.
Kehidupan Sehari-hari Yang Islami :
1. Apakah Anda selalu shalat Fajar berjama'ah di masjid setiap hari ?
2. Apakah Anda selalu menjaga Shalat yang lima waktu di masjid ?
3. Apakah Anda hari ini membaca Al-Qur'an ?
4. Apakah Anda rutin membaca Dzikir setelah selesai melaksanakan Shalat wajib ?
5. Apakah Anda selalu menjaga Shalat sunnah Rawatib sebelum dan sesudah Shalat wajib ?
6. Apakah Anda (hari ini) Khusyu dalam Shalat, menghayati apa yang Anda baca ?
7. Apakah Anda (hari ini) mengingat Mati dan Kubur ?
8. Apakah Anda (hari ini) mengingat hari Kiamat, segala peristiwa dan kedahsyatannya ?
9. Apakah Anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala sebanyak tiga kali, agar memasukkan Anda ke dalam Surga ? Maka sesungguhnya barang siapa yang memohon demikian, Surga berkata : "Wahai Allah Subhanahu wa Ta'ala masukkanlah ia ke dalam Surga".
10. Apakah Anda telah meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali ? Maka sesungguhnya barangsiapa yang berbuat demikian, neraka berkata : "Wahai Allah peliharalah dia dari api neraka". (Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya : "Barangsiapa yang memohon Surga kepada Allah sebanyak tiga kali, Surga berkata : "Wahai Allah masukkanlah ia ke dalam Surga. Dan barangsiapa yang meminta perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari api neraka sebanyak tiga kali, neraka berkata : "Wahai Allah selamatkanlah ia dari neraka". (Hadits Riwayat Tirmidzi dan di shahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami No. 911. Jilid 6).
11. Apakah Anda (hari ini) membaca hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ?
12. Apakah Anda pernah berfikir untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik ?
13. Apakah Anda telah berusaha untuk menghindari banyak tertawa dan bergurau ?
14. Apakah Anda (hari ini) menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala ?
15. Apakah Anda selalu membaca Dzikir pagi dan sore hari ?
16. Apakah Anda (hari ini) telah memohon ampunan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas dosa-dosa (yang engkau perbuat -pent) ?
17. Apakah Anda telah memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati Syahid ? Karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda yang artinya : "Barangsiapa yang memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan benar untuk mati syahid, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan memberikan kedudukan sebagai syuhada meskipun ia meninggal di atas tempat tidur". (Hadits Riwayat Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al-Hakim dan ia menshahihkannya).
18. Apakah Anda telah berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar ia menetapkan hati Anda atas agama-Nya ?
19. Apakah Anda telah mengambil kesempatan untuk berdo'a kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala di waktu-waktu yang mustajab ?
20. Apakah Anda telah membeli buku-buku agama Islam untuk memahami agama ? (Tentu dengan memilih buku-buku yang sesuai dengan pemahaman yang dipahami oleh para Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena banyak juga buku-buku Islam yang tersebar di pasaran justru merusak pemahaman Islam yang benar -pent).
21. Apakah Anda telah memintakan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk saudara-saudara mukminin dan mukminah ? Karena setiap mendo'akan mereka Anda akan mendapat kebajikan pula.
22. Apakah Anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala (dan bersyukur kepada-Nya -pent) atas nikmat Islam ?
23. Apakah Anda telah memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala atas nikmat mata, telinga, hati dan segala nikmat lainnya ?
24. Apakah Anda hari-hari ini telah bersedekah kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya ?
25. Apakah Anda dapat menahan marah yang disebabkan urusan pribadi, dan berusaha untuk marah karena Allah Subhanahu wa Ta'ala saja ?
26. Apakah Anda telah menjauhi sikap sombong dan membanggakan diri sendiri ?
27. Apakah Anda telah mengunjungi saudara seagama, ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta'ala ?
28. Apakah Anda telah menda'wahi keluarga, saudara-saudara, tetangga, dan siapa saja yang ada hubungannya dengan diri Anda ?
29. Apakah Anda termasuk orang yang berbakti kepada orang tua ?
30. Apakah Anda mengucapkan "Innaa Lillahi wa innaa ilaihi raji'uun" jika mendapatkan musibah ?
31. Apakah Anda hari ini mengucapkan do'a ini : "Allahumma inii a'uudubika an usyrika bika wa anaa a'lamu wastagfiruka limaa la'alamu = Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan Engkau sedangkan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu terhadap apa-apa yang tidak aku ketahui". Barangsiapa yang mengucapkan yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menghilangkan darinya syirik besar dan syirik kecil. (Lihat Shahih Al-Jami' No. 3625).
32. Apakah Anda berbuat baik kepada tetangga ?
33. Apakah Anda telah membersihkan hati dari sombong, riya, hasad, dan dengki ?
34. Apakah Anda telah membersihkan lisan dari dusta, mengumpat, mengadu domba, berdebat kusir dan berbuat serta berkata-kata yang tidak ada manfaatnya ?
35. Apakah Anda takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal penghasilan, makanan dan minuman, serta pakaian ?
36. Apakah Anda selalu bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan taubat yang sebenar-benarnya di segala waktu atas segala dosa dan kesalahan ?
Saudaraku ..
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan perbuatan, agar kita menjadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat, insya Allah.
Hadits Palsu Tentang Terpecahnya Umat Islam
Di permasalahan ke 11, ML Assunnah telah memuat penjelasan lengkap dan berbobot mengenai Kedudukan Hadits Tujuh Puluh Dua Golongan Umat Islam, dan untuk melengkapi pembahasan tersebut kami angkat pula pembahasan ilmiah mengenai Hadits Palsu Tentang Terpecahnya Umat Islam, oleh penulis yang sama, untuk itu selamat menyimak.
HADITS PALSU TENTANG TERPECAHNYA UMAT ISLAM
Hadits palsu tersebut bunyinya adalah sebagai berikut :
"TAFTARIQU UMMATI 'ALA BIDH'IW-WASAB'IINA FIRQOTAN KULLUHAA FIIL-JANNATI ILLA FIRQOTAW-WAHIDAH WAHIYAA ZANAADIQOH".
"Umat-Ku akan terpecah menjadi lebih dari 70 golongan, semuanya akan masuk surga, kecuali satu golongan yang akan masuk neraka, yaitu golongan zindiq".
Keterangan :
Hadits ini diriwayatkan dengan tiga jalan:
1. Diriwayatkan oleh Al 'Uqaili dalam kitab 'Adh-Dhua'afa IV : 201 dan Ibnul Jauzi dalam kitab "Al-Maudhu'at" 1 : 267 dari jalan Mu'adz bin Yasin Az-Zayyat, telah menceritakan kepada kami Al-Abrad bin Al-Asyras dari Yahya bin Sa'id dari Anas secara marfu'.
2. Diriwayatkan oleh Dailami (2/1/41) dari jalan Nu'aim bin Hammad, telah menceritakan kepada kami Yahya bin Al-Yaman dari Yasin Az-Zayyat dari Sa'ad bin Sa'id saudara Yahya bin Sa'id Al-Anshari dari Anas.
3. Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dari Daruquthni dari jalan "Utsman bin 'Affan Al-Qurasyiy, telah menceritakan kepada kami Abu Ismail Al-Ubullity Hafs bin Umar dari Mus'ir dari Sa'ad bin Sa'id dari Anas.
RAWI HADITS
Di sanad yang pertama ada dua rawi yang sangat lemah.
1. Mu'adz bin Yasin Az-Zayyat. Al-'Uqaili berkata : Ia rawi MAJHUL dan haditsnya tidak terpelihara.(lihat : Muzanul I'tidal IV : 133 dan Lisanul Mizan VI : 55-56).
2. Al-Abarad bin Al-Asyras. Ibnu Khuzaimah berkata : Ia tukang memalsukan hadits. Al-Azdiy berkata : Haditsnya tidak shah. (Lihat Mizanul I'tidal 1 : 77-78 dan Lisanul Mizan I : 128-129).
Di sanad yang kedua ada dua rawi yang lemah :
1. Nu'aim bin Hammad. Ibnu Hajar berkata : Ia benar tapi banyak salah (Taqrib II : 305).
2. Yasin bin Mu'adz Az-Zayyat. Imam Bukhari berkata : Munkarul hadits. Nasa'i dan Ibnu Junaid berkata : Ia rawi Matruk, Ibnu Hibban berkata : Ia sering meriwayatkan hadits Maudhu'. (lihat Mizanul I'tidal IV : 358).
Di sanad yang ketiga, ada dua rawi tukang dusta.
1. Utsman bin 'Affan Al-Qurasyiy As-Sijistani. Kata Ibnu Khuzaimah : Aku bersaksi bahwasanya ia sering memalsukan hadits atas nama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam (lihat Mizanul I'tidal III : 49).
2. Abu Ismail Al-Ubuliy Hafs bin Umar bin Maimun. Kata Abu Hatim Ar-Razi : Ia adalah syaikh tukang dusta (lihat : Al-Jarhu wat Ta'dil III : 183 nomor 789).
KESIMPULAN
Kata Ibnul Jauzi : Hadits dengan lafadz seperti di atas tidak ada asalnya. Yang benar adalah : Satu golongan yang masuk surga yaitu : Al-Jama'ah (Al-Maudhu'at I : 267-268 cet. II Darul Fikr 1403 H). Kata Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani : Hadits dengan lafadz seperti ini (yakni seperti yang tersebut di atas) adalah PALSU.
PERIKSA
• Al-Maudhu'at I : 267-268 oleh Ibnul Jauzi.
• Al-Laali' Al-Mashnu'ah fil Ahaditsil Maudhu'ah I : 128 oleh As-Suyuthi.
• Tanziihusy Syari'ah I : 310 oleh Ibnul Araq Al-Kattaani.
• Al-Fawaaidul majmua'ah fil Ahaaditsil Maudhu'ah hal : 431-432 nomor 1387 oleh Imam Syaukani.
• Silsilah Ahaadits Dha'iifah wal Maudhu'ah nomor 1035 oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
• Kitab-kitab Rijaalul Hadits yang tersebut di atas.
Subscribe to:
Posts (Atom)